Rabu, 14 Maret 2012


 “Tak mampu Menjamin Kesejahteraan, SBY-Boediono Kembali Menghantam Rakyat dengan Ancaman Kenaikan BBM dan Tarif dasar Listrik”


Ditengah kemiskinan dan penderitaan Rakyat yang semakin hebat dan bangkitnya gerakan rakyat yang kian meluas, Pemerintah terus menunjukkan Watak anti Rakyatnya. Dibawah kuasa SBY-Boediono, Pemerintah kembali  mengeluarkan kebijakan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang sudah pasti akan semakin menyengsarakan rakyat. 


Salam Demokrasi!
Situasi politik dunia sekarang ini semakin memanas seiring badai krisis ekonomi dunia yang akan berlangsung lama karena bangkrutnya sistem kapitalisme dalam skala global. Dibawah kepemimpinan Amerika Serikat (AS), krisis global didalam tubuh Imperialisme tersebut secara bertahap, bahkan dengan begitu cepat terus merosot dan semakin memburuk. Faktanya bahwa krisis tersebut, kini semakin hebat, kronis dan terus meluas diberbagai belahan dunia. Krisis ekonomi dan keuangan global yang terjadi tahun 2008 akibat over-produksi atas barang-barang berteknologi tinggi, elektronik dan senjata telah menyebabkan depresi ekonomi dunia yang berat hingga sekarang, kemudian telah diperparah dengan krisis keuangan. Barang-barang komoditas produksi massal yang dihasilkan semakin menumpuk di tengah perkembangan pasar yang semakin menyempit dan merosotnya daya beli rakyat.

Krisis susulan pasca krisis keuangan 2008-2009 yang menimpa perusahaan-perushaan besar dunia, kini menjelma krisis utang yang menimpa negeri-negeri besar seperti AS dan Uni Eropa seperti Yunani, Portugal, Spanyol, Italia, Irlandia, dan Hongaria. Krisis utang publik tersebut, kini telah membawa dampak serius terhadap sektor moneter, perbankkan, kemerosotan ekonomi, naiknya jumlah pengangguran dan kemiskinan. Ditengah memburuknya situasi krisis tersebut, dengan pasokan bahan mentah hasil penghisapannya diberbagai negeri yang berada didibawah dominasinya, Imperialism juga terus melakukan upaya efisiensi dan meningkatkan produktifitas industrinya. Dalam hal tersebut, Imperialisme membutuhkan cadangan Energi yang besar untuk memenuhi kebutuhan operasional Industri dan produksi lainnya sebagai upaya stabilisasi dan terus meningkatkan produksinya.

Dengan Watak Eksploitataif, Akumulatif dan Ekspansif, sebagai watak dasar dari Imperialisme, sehingga terdapat pertentangan yang tidak dapat terdamaikan didalam tubuh Imperialisme itu sendiri (Kontradiksi sesama Imperialis) dalam memperebutkan sumber bahan mentah, tenaga kerja murah dan pasar yang luas. Demikian pula halnya Energi yang merupakan kebutuhan dasar yang sangat krusial bagi Imperialisme saat ini, terutama dalam memenuhi kebutuhan operasional Industrinya, sehingga perebutan atas sumber energy diberbagai negeripun tidak dapat dihindarkan.

Sebagai wujud dari pertentangan yang semakin tajam di antara kekuatan-kekuatan imperialism itu sendiri, misalnya dalam persaingan memperebutkan sumber bahan bakar minyak mentah dunia. Industry milik imperialisme demikan rakus dan kasar dalam memperebutkan sumber-sumber minyak mentah dunia. Kenaikan harga minyak mentah pada tahun 2008 misalnya, telah memicu kenaikan harga BBM diberbagai Negeri, termasuk Indonesia. AS merupakan negeri yang menyerap 20% dari total minyak mentah dunia bagi Industrinya, sementara China sekitar 16%. Persaingan dalam memperebutkan minyak mentah dunia tersebut juga semakin hebat ketika negeri-negeri seperti India juga mengalami pertumbuhan ekonomi, sehingga meningkatkan kebutuhan minyak mentah bagi industrinya. Akibat persaingan dalam pemenuhan minyak mentah bagi industry mereka tersebutlah kemudian menyebabkan harga minyak mentah dunia mengalami fluktuasi harga yang tajam.

Dalam perkembangan situasi saat ini, ketegangan antara AS dan Iran atas pasokan dan target penjualan minyak mentah dan dengan faktor dan syarat-syarat tertentu lainnya, seperti penimbunan cadangan minyak mentah di AS yang tinggi (Mencapai sekitar 22,5 Milliar barrel), serta peranan yang rakus akan keuntungan dari para spekulan monopoli perdagangan minyak mentah dunia, harga minyak mentah mengalami peningkatan yang tajam. Pada tahun  2012 ini, minyak mentah jenis brent akan naik berkisar antara US$ 100-130 per barel (Naik diatas USD125/Barel, mendekati level tertinggi dalam 10 bulan terakhir). Bahkan dengan dipengaruhi faktor geopolitik Iran dan negara Barat, khususnya Amerika Serikat, jika Iran memblok Selat Hormutz (Jalur Perdagangan Minyak dunia), harga minyak akan naik dalam hitungan jam., dengan kisaran US$ 20-40 per barel per jamnya. Artinya, dapat dikalkulasikan bahwa jika penutupan selat Hormutz melewati 72 jam (Tiga hari) saja, harga minyak akan melambung ke kisaran US$ 150-200 per barel.

Adapun beberapa faktor utama penyebab kenaikan harga minyak mentah dunia saat ini, yaitu Pertama, Karena meningkatnya ketegangan antara Iran dengan negara-negara Barat terkait masalah nuklir Iran. Iran telah menghentikan ekspor minyak mentah ke negara-negara Eropa sebagai bentuk perlawanan atas embargo impor minyak mentah Iran. Kedua, meningkatnya permintaan produk minyak, khususnya jenis heating oil di kawasan Eropa akibat musim dingin yang ekstrem serta gangguan pasokan gas dari Rusia. Ketiga, turunnya pasokan minyak mentah dari negara-negara non OPEC lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya serta adanya gangguan pasokan minyak mentah dari Sudan, Suriah dan Yaman akibat adanya konflik politik. Keempat, meningkatnya ekspektasi pasar atas pertumbuhan ekonomi dunia.

Untuk kawasan Asia Pasifik sendiri, peningkatan harga minyak mentah disebabkan terutama oleh faktor tingginya permintaan minyak mentah jenis direct burning untuk pembangkit listrik di Jepang dan membaiknya perekonomian China dengan adanya kebijakan moneter Bank Sentral China. Sementara itu, perkembangan rata-rata minyak mentah di pasar internasional pada bulan Februari dibandingkan bulan Januari 2012, yaitu: 1). WTI (Nymex) naik sebesar US$ 1,94 per barel dari US$ 100,32 per barel menjadi US$ 102,26 per barel. 2). Brent (ICE) naik US$ 7,61 per barel dari US$ 111,45 per barel menjadi US$ 119,06 per barel. 3). Tapis (Platts) naik sebesar US$ 7,42 per barel dari US$ 118,63 per barel menjadi US$ 126,05 per barel. 4). Basket OPEC naik sebesar US$ 5,56 per barel dari US$ 111,76 per barel menjadi US$ 117,32 per barel. Dengan kenyataan tersebut, sehingga memaksa banyak negeri jajahan, setengah jajahan, maupun negeri bergantung lainnya melakukan penyesuaian-penyesuaian di dalam negerinya terhadap harga minyak mentah dunia saat ini dengan cara menaikkan harga BBM dan mencabut subsidi BBM bagi rakyat.

Merosotnya Taraf hidup Rakyat, Ancaman nyata akan kenaikan Harga BBM dan TDL
Pada prinsip dasarnya bahwa, perkembangan situasi dalam suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan situasi dunia, demikian pula halnya dengan Indonesia. Secara khusus dalam perkembangan harga minyak mentah dunia yang melonjak saat ini, sebagai negara pengeksport (Selain sebagai Importir) minyak, maka harga jual minyak mentah Indonesia-pun menunjukkan kenaikan. Berdasarkan perhitungan formula Indonesia Crude Price (ICP) bulan Februari 2012, harga minyak mentah Indonesia  mencapai US$ 122,17 per barel, naik US$ 6,26 per barel dari US$ 115,91 per barel pada bulan Januari 2012, dengan asumsi dalam APBN 2012 yang hanya US$ 90 per barel. Sedangkan harga Minas/SLC mencapai US$ 124,63 per barel, naik US$ 6,25 per barel dari Januari 2012 yang mencapai US$ 118,38 per barel.

Dengan perhitungan dan kenyataan tersebut diatas, sudah dapat dipastikan bahwa Indonesia tentunya mendapatkan keuntungan yang relative cukup besar dalam aspek Finance dari hasil penjualan minyak mentah tersebut. Akan tetapi, dalam menyikapi kenaikan harga minyak mentah dunia saat ini, tentu tidak cukup hanya dengan melihat perhitungan laba (keuntungan jual) minyak mentah saja atas total nilai eksport minyak Indonesia. Yang penting menjadi sorotan adalah “Apakah kebijakan Eksport minyak mentah Indonesia didasarkan atas kelebihan jumlah produksi atau terpenuhinya kebutuhan domestic (Konsumsi minyak dalam negeri) atau hanya semata-mata mengejar keuntungan dari nilai jual (Eksport) atau bahkan semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan sang tuan (Imperialisme) sebagai salah satu bentuk keikutsertaannya dalam menjawab kebuntuan Imperialisme itu sendiri dalam menyelesaikan krisis yang semakin kronis saat ini?”.

Pada akhir bulan Februari hingga awal Maret lalu, pemerintah sudah mengumumkan kebijakannya akan rencana menaikkan harga BBM yang akan diikuti dengan kenaikan harga Tarif Dasar Listrik (TDL) pada awal bulan April mendatang. Artinya bahwa, untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri sesungguhnya belumlah tercukupi. Kita masih harus melakukan Import minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam Negeri, sehingga rencana kenaikan BBM dan penghapusan subsidi BBM adalah alternative yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk menghindari pembengkakan anggaran (APBN) tahun 2012. Bahkan, pemerintah juga menegaskan bahwa, tidak ada jalan lain dalam menghadapi kenaikan harga minyak mentah dunia saat ini selain dengan menaikkan harga BBM dan penghapusan subsidi serta efisiensi penggunaan anggaran belanja negara dibeberapa sektor lainnya. Penghapusan subsidi juga termasuk untuk subsidi listrik yang oleh Pemerintah (Kementrian ESDM) ditargetkan turun dari Rp. 90 Trilliun (Saat ini) hingga dibawah Rp. 70 Trilliun hingga tahun 2014.

Dilema akan kenaikan harga minyak mentah (yang terjadi sudah berkali-kali dan tidak pernah mengalami penurunan) tersebut, seharusnya dapat dijadikan pelajaran penting bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan Eksport minyak mentah. Terlebih dengan kenyataan akan perbandingan jumlah kebutuhan konsumsi minyak dalam negeri dengan Jumlah Eksport yang tinggi. Saat ini, perkiraan total cadangan minyak dalam Negeri sebesar 4,6 Milliar Barrel (urutan ke 23 di dunia) dengan perhitungan kemampuan produksi tahun sebelumnya hanya 905 ribu barel per hari, maka pemenuhan akan kebutuhan dalam negeri harus menjadi prioritas utama pemerintah, walaupun belum tentu tercukupi, setidaknya dapat mengurangi kebutuhan Import yang terlalu tinggi sehingga tidak menyebabkan pembengkakan anggaran yang tinggi pula.

Problemnya adalah, Pemerintah terus memaksakan diri untuk melakukan Eksport ditengah kenyataan tingginya kebutuhan konsumsi dalam Negeri. Belum lagi, ketika dibenturkan dengan kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan tambang Minyak dari berbagai Negeri ikut berbondong-bondong melakukan Eksplorasi dan eksploitasi minyak di Indonesia. Sampai saat ini, setidaknya terdapat 123 Perusahaan yang telah beropareasi di Indonesia. 13 diantaranya adalah Perusahaan minyak terbesar dengan jumlah produksi hingga jutaan barrel. Setiap perusahaan minyak terbesar tersebut diasosiakan dengan perusahaan milik negara (BUMN) dengan sistem operasi yang berbeda dengan perusahaan swasta, sehingga dapat memberikan jaminan efektifitas produksi melalui pengurangan biaya produksi melalui pemotongan pajak, dll.

Dampak kenaikan Harga BBM terhadap Rakyat
Bahan bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kebutuhan krusial dalam upaya meningkatkan ekonomi dan aspek kehidupan rakyat lainnya disetiap Negara. Di Indonesia sendiri selain untuk kebutuhan operasional Industri milik Imperialisme yang bercokol didalam Negeri maupun Industri menengah dan kecil yang ada di Indonesia, serta untuk kebutuhan lainnya seperti Transportasi, kebutuhan Rumah tangga, dll. Artinya bahwa, hampir seluruh sektor dan aspek kehidupan rakyat memiliki kaitan erat dengan bahan bakar minyak maupun energy lainnya. Sehingga, dengan naiknya harga BBM dapat dipastikan akan menyebabkan naiknya biaya produksi diberbagai sektor yang juga menjadi penyebab utama naiknya harga kebutuhan pokok rakyat. Dengan kenyataan demikian, maka sudah pasti bahwa klas buruh, Kaum tani dan seluruh rakyat miskin di negeri inilah yang harus menanggung beban atas kenaikan harga BBM tersebut.

Perjuangan buruh menuntut kenaikan upah dalam berbagai bentuk selama ini, bahkan tanpa rasa takut dan gentar dengan berbagai ancaman dan tindakan represif ketika melakukan aksi protes hingga pemogokan dalam menuntut upah kemudian menjadi sia-sia, meskipun telah ada kenaikan upah sebagai hasil perjuangannya. Demikian pula bagi kaum tani dengan upah atau penghasilan yang tidak menentu, karena selain dihadapkan dengan semakin gencarnya perampasan tanah, mahalnya harga sarana produksi pertanian (SAPROTAN) serta bentuk-bentuk penghisapan lainnya yang dilakukan tuan tanah local dan lintah darat yang berkeliaran di pedesaan sebagai wujud nyata eksisnya feodalisme didalam negeri, tentu berdampak pada semakin jauhnya kesempatan rakyat untuk merasakan hidup yang lebih layak, terlebih oleh pemerintah sendiri dalam ketetapannya atas kategori miskin di Indonesia telah diturunkan dengan jumlah penghasilan dibawah 2-1 Dollar perhari. Hal yang serupa juga akan dialami oleh Rakyat disektor lainnya, termasuk bagi pemuda dan mahasiswa dan sektor Pendidikan secara umum, pastilah akan mengalami kenaikan biaya pendidikan akibat naiknya harga kebutuhan belajar mengajar dan sarana lainnya.

Dengan kenyataan demikian, maka tidak ada alasan ilmiah atau objektif bagi Pemerintah untuk menaikkan harga BBM, apalagi harus disusul dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Alternatif yang diambil pemerintah sebagai solusi adalah jawaban yang justeru semakin menunjukkan betapa Pemerintah saat ini sama sekali tidak memilki kehendak untuk memperbaiki apalagi menjamin kesejahteraan Rakyatnya. Dilain sisi juga, dengan kebijakan akan kenaikan BBM tersebut, juga semakin menunjukkan betapa tidak konsistennya Pemerintah, bahkan atas Undang-undang dan peraturan yang dibentuknya sendiri, Pemerintah justeru akan melanggar Undang-undang yang telah dibentuknya, khususnya UU APBN 2011 untuk APBN 2012 yang diperkuat juga dengan pernyataan pemerintah sendiri untuk tidak menaikkan harga BBM pada tahun 2012.

Dengan paparan diatas, Rencana kenaikan BBM yang berbanding terbalik dengan kenyataan akan kemiskinan Rakyat Indonesia dan ditinjau dari berbagai aspek, maka teranglah sudah bahwa Pemerintah Indonesia dibawah Kuasa Rezim Boneka SBY-Boediono tidak memiliki kehendak untuk meningkatkan taraf hidup Rakyatnya. Dari berbagai peristwa dan fenomena yang sudah lalu, dalam beberapa bulan terakhir ini telah menunjukkan watak asli dari Pemerintah saat ini yang fasis dan korup, dan semakin terang menunjukkan wataknya yang anti Rakyat dengan terus memaksakan kehendaknya diluar kenyataan hidup Rakyat. Dengan kenyataan tersebut, maka patutlah menjadi dasar bagi Rakyat untuk menyatukan diri dan terus melakukan perlawanan dalam menuntut kesejahteraan dan perubahan nasibnya. Karenanya, dalam menghadapai ancaman kenaikan BBM dan TDL saat ini.


Hidup Rakyat Indonesia!
Jayalah Perjuangan Massa!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar